Sumber Foto : IG Kabar Muhammadiyah
Hasil emilihan Muktamar ke – 48 tahun 2022 di Surakarta telah menetapkan hasil Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah 2 periode yang saat ini akan menjabat periode 2022-2027. Organisasi Muhammadiyah berdiri pada 18 November 1912 dan sampai sekarang menjadi salah satu organisasi masyarakat terbesar di Indonesai. Lalu siapa saja tokoh-tokoh yang pernah menjadi Ketua (Umum) Muhammdiyah antara lain :
- Ahmad Dahlan (1912 – 1923)
Di lahirkan di kampung Kauman, Yogyakarta, pada tanggal 1 Agustus 1868 dengan nama kecil Muhammad Darwis. Pada tahun 1888 selepas berangkat menunaikan ibadah Haji dan menetap di Mekkah selama 5 tahun, Muhammad Darwis berghanti nama menjadi Haji Ahmad Dahlan. Nama tersebut diambil dari nama seorang Mufti bermadzhab Syafi’I di Mekkah yang bernama Ahmad bin Zaini Dahlan.
Ahmad Dahlan mendirikan Muhammdiyah pada 18 November 1912 M atau 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah. Selain berfokus pada gerakan purifikasi (pemurnian) akidah-yang mana saat itu masyarakat terjangkit penyakit TBC (tahayyul, bid’ah, churafat). Ahmad Dahlan juga berfokus pada sektor pendidikan dengan mengadopsi sistem pendidikan Barat dengan dimodifikasi menyesuaikan kondisi di Nusantara yang mempunyai misi Islami.
- KH Ibrahim (1923 – 1934)
KH Ibrahim melnajutkan estafet kepemimpinan perjuangan Muhammadiyah dari kakak iparnya KH Ahmad Dahlan berdasarkan rapat tahun ke -12 di Yogyakarta. KH. Ibrahim mendirikan rumah sakit pertama di Yogyakarta. Beliau juga mendirikan panti asuhan dan “Fonds Dahlan” untuk membiayai sekolah anak-anak miskin. Serta mendirikan Nasyiatul Aisyiah dan Pemudan Muhammadiyah. Membentuk badan penerbitan buku-buku Muhammadiyah di bawah Majelis Taman Pustaka. Mengadakan program anak panah Muhammdiyah yakni menyebarkan putra – putri lulusan sekolah Muhammdiyah ke seluruh Tanah Air dalam rangka dakwah.
Pada periode ini pula mulai didirikan Majels Tarjih atas usulan KH Mas Mansyur. Tujuan volkschool utama mendirikan Majelis Tajrih adalah untuk menjaga keutuhan organisasi yang semakin banyak anggotanya dari perselisihan furu’iyyah dalam amal ibadah.
- KH Hisyam (1934 – 1937)
Haji Hisyam lahir di Kauman, pada tanggal 10 November 1883. Beliau satu-satunya murid inti hasil didikan langsung KH Ahmad Dahlan yang terpilih sebagai presiden Hoofdbestuur (HB) Muhammadiyah dalam Kongres ke-23 Muhammadiyah di Yogyakarta. Pada masa kepemimpinan KH Hisyam ini Muhammadiyah telah membuka sekolah dasar tiga tahun (atau sekolah desa) dengan menyamai persyaratan dan kurikulum sebagaimana volkschool gubernemen. Setelah itu dibuka Hollands Inlandse School met de Quran Muhammadiyah pula vervolgschool Muhammadiyah sebagai lanjutannya. Muhammadiyah juga mendirikjan untuk menyamai usaha masyarakat Katolik yang telah mendirikan Hollands inlandse School met de Bijbel.
Adapun pandangan Hisyam yang cukup controversial tetapi justru menjadi kunci dari kemajuan pendidikan Muhammadiyah pada waktu itu.
- KH Mas Mansyur (1937 – 1942)
Terpilihnya KH Mas Mansyur berawal dari ketidak puasan angkatan muda Muhammadiyah terhadap Pengurus Besar (PB) Muhammadiyah yang lebih mengutamakan pendidikan, tetapi melupakan bidang tabligh. Di bawah kepemimpinan Mas Mansyur terdapat beberapa langkah atau sering disebut dengan Langkah Muhammadiyah 1930-1940 yang terdiri dari 12 langkah, yakni :
1). Memperdalam masuknya Iman
2) memperluas paham agama
3) memperbuahkan budi pekerti
4) menuntun amalan intiqad
5) menguatakan persatuan
6) menegakkan keadilan
7) melakukan kebijaksanaan
8) menguatkan majelis Tanwir,
9) Mengadakan conferentie bahagian
10) mempermusyawarahkan putisan
11) mengawaskan gerakan dalam
12) mempersambungkan gerakan luar.
- Ki Bagus Hadi Kusuma (1942 – 1953)
Beliau dilahirkan pada tanggal 24 November 1890 di Kauman dengan nama kecil Raden Hidayat. Raden menunjukkan ciir sebagai aristokrat atau kebangsawanan Jawa, sedangkan nama Hidayat berasal dari bahasa Arab Hidayah yang artionya petunjuk. Ketika berumur 30 tahun beliaun mengganti namanya menjadi Ki Bagoes Hadikoesoemo. Ki Bagoes merupakan pimpinan Muhammadiyah yang memiliki andil besar dalam penyusunan muqaddimah UUD 1945 dengan memberikan landasan ketuhanan, kemanusiaan, keberadaban, dan keadilan.
Ki Bagoes menjadi Ketua PB Muhammadiyah selam 11 tahun, selain itu beliau pernah menjadi ketua MAjelis Tabligh, Ketua Majelis Tajrih, anggota MPM Hoofdbestuur.
- Ahmad Rasyid Sutan Mansyur (1953 – 1959)
Beliau lahir pada tanggal 15 Desember 1895 di Maninjau, Sumatera Barat. Sutan Mansur belajar ilmu tauhid, bahasa Arab, Ilmu Kalam, Mantiq, tarikh, dan ilmu-ilmu ke Islaman lainnya.
Pada masa kepemimpinannya, upaya pemulihan roh Muhammadiyah di kalangan warga dan pimpinan Muhammadiyah digiatkan. Untuk itu, beliau memasyarakatkan dua hal. Pertama, merebut khasyyah (takut pada kemurkaan Allah), merebut waktu, memenuhi janji, menanam ruh tauhid dan mewujudkan akhlak tauhid. Kedua, Mengusahakan buq’ah mubarakah (tempat yang diberkati). Di tempat masing-masing, mengupayakan sholat jamaah pada setiap waktu, medidik anak-anak untuk beribadah, dan mengaji Al Qur’an untuk mengahrapkan rahmat, melatih pusa sunnah hari Senin dan Kamis. Juga menganjurkan puasa pada tanggal 13,14 dan 15 tiap bulan Islam seperti yang dipesankan oleh Nabi Muhammad, dan tetap menghiduplkan taqwa.
- KH M. Yunus Anis (1959 – 1962)
Pada Muktamar ke -34 di Yogyakarta, M Yunus Anis terpilih sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Di masa kepemimpinannya M Yunus Anis menghadapi masa-masa yang penuh tantangan. Di mulai dengan adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menandai era berlakunya kembali UUD 1945 dalam NKRI.
- KH Ahmad Badawi (1962 – 1968)
Beliau lahir pada 5 Februari 1902. Ahmad Badawi termasuk di antara murid-murid pertama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang dirintis oleh KH Ahmad Dahlan sejak 1911. Kari Ahmad Badawi di Muhammadiyah di mulai sejak 1926, ketika belian masuk di Bagian Tabligh HB Muhammadiyah.
- KH Faqih Usman (1968 – 1968)
Beliau dilahirkan di Gresik, Jawa Timur pada tanggal 2 Maret 1904. Faqih Usaman pernah diangkat menjadi Ketua Group Muhammadiyah Gresik pada tahun 1925. Beliau juga pernah menjadi Ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah Jawa Timur pada periode 1932-1936 yang berkedudukan di Surabaya. Faqih Usman merupakan Ketua Tim perumus Kepribadian Muhammadiyah . Beliau seorang multitalenta, di antaranya di bidang kewiraushaan, pernah diangkat sebagai Ketua Persekutuan Dagang Sekawan Se-Daerah Gresik. Di bidang kepenulisan, beliau pernah memimpin majalah Bintang Islam lalu menerbitkan majalah Panji Masyarakat bersama –sama Buya Hamka, Joesoef Abdullah Poer, dan Joesoef Ahmad.
- Abdul Rozak Fahrudin (1968 – 1990)
Abdur Rozak FAhrudin atau sering dipanggil dengan Pak AR lahir 14 Februari 1916 di Cilangkap, Purwanggan, Pakualaman, Yogyakarta. Pak AR sapaan beliau pernah menjadi ketua PP Muhammadiyah sejak yahun 1968 setelah di fait- accomplay untuk menjadi Pejabat Ketua PP Muhammadiyah sehubungan dengan wafatnya KH Faqih Usman. Dalam Tanwir Muhammadiyah di Ponorogo, Jawa Timur pada tahun 1969, akhirnya Pak AR dikukuhkan menjadi ketua PP Muhammadiyah sampai Muktamar ke -38 Muhammadiyah di Makasar pada tahun 1971. Sejak itulah beliau terpilih secara berturut-turut dalam empat kali Muktamar yaitu periode 1971-1974, 1974-1978, 1978-1985, 1985-1990.
- KH Ahmad Azhar Basyir MA (1990 – 1995)
Azhar Basyir lahir di Yogyakarta, 21 November 1928 . Beliau terpilih menjadi ketu PP Muhammadiyah menggantikan Pak AR pada Muktamar ke – 42 Muhammadiyah di Yogyakarta. Sebelum diamanahi sebagai ketua PP Muhammadiyah, Azhar Basyir menjabat sebagai Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah pada tahun 1985-1990. Azhar Basyir adalah seorang intelektual dan ulama yang ilmunya diakui banyak pihak di tingkat nasional maupun internasional. Pada periode kepemimpinannya dikenal sebagai periode transisi, yaitu perpindahan kepemimpinan dari generasi ulama murni ke generasi intelektual.
- DR. HM Amien Rais (1995 – 1998)
Beliau dilahirkan di Solo pada tanggal 16 April 1944. Amien Rais dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang aktif dalam organisasi Muhammadiyah. Beliau menempuh bangku sekolah mulai TK sampai SMA di sekolah Muhammadiyah. Amien Rais pernah memimpoin di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai Ketua III DPP IMM. Amien Rais dikenal sebagai sosok tokoh nasional yang cerdik cendekia yang terkemuka, terbukti beliau menjadi Ketua Dewan Pakar ICMI yang lahir dan besar dari rahim Orde Baru. Beliau juga dikenal sebagai tokoh reformasi karena memimpin gerakan reformasi menurunkan rezim Presiden Soeharto.
- Dr.H. Ahmad Syafi’I Maarif (1998 – 2005)
Ahmad Syafi’i Maarif atau sering akrab disapa dengan Buya Syafi’i lahir di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau pada 13 Mei 1935. Beliau pernah belajar di Madrasah Muallimin Yogakarta kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Cokroaminoto, Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP Yogyakarta, Universitas OHIO hingga Universitas Chicago Amerika Serikat.
Buya Syafi’i terpilih sebgai keyua Umum PP Muhammadiyah pada Muktamar ke -44 Muhammadiyah di Jakarta. Pada masa kepemimpinannya, Muhammadiyah dibawa ke tengah dan ke muka percaturan nasional bahkan global secara dinamik. Perkembangan pemikiran dan dialog pemikiran pun berkembang dengan pesat. Selain dikenal sebagai sosok yang humanis dan egaliter, Buya Syafi’i juga seorang negarawan yang dikenal baik di kalangan umat Islam maupun agama lain. Beliau sangat mencaintai Tanah Air, terlihat dari komitmennya pada upaya menjaga keutuhan bangsa.
- Dr. H. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin (2005 -2015)
Sosok yang akrab disapa dengan Din Syamsuddin lahir pada 31 Agustus `958 di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Berbeda dengan ketua Umum sebelumnya, Beliau pernah mengenyam pendidikan di lembaga Nahdlatul Ulama yakni di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama dan Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat. Din Syamsudin terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah pada Muktamar ke-45 Muhammadiyah di Malang, Jawa Timur. Din Syamsuddin dikenal sebagai sosok yang memiliki kemampuan berdialog dengan seluruh umat beragama, baik dengan sesama umat Islam maupun umat beragama lainnya.
- Dr. H. Haedar Nashir, M.Si. ( 2015 – 2027)
Haedar Nashir lahir pada 25 Februari 1958 di Bandung Jawa Barat. Beliau bersekolah di Madrasah Ibtibaiyah Ciparay, Bandung. Kemudian di SMP Muhammdiyah III dan SMAN 10 Bandung. Beliau juga pernah menjadi santri di Ponpes Cintawana, Tasikmalaya, Jawa Barat. Setelah tamat sekolah menengah, beliau melanjutkan di sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa di Yogyakarta, S2 dan S3 beliau melanjutkan di Universitas Gajah Mada lulus dengan status cumlaude. Kemudian dia diangkat menjadi Guru Besar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Di Muhammadiyah, beliau pernah menjadi Pempinan Redaksi Majalah Suara Muhammadiyah, Ketua PP IPM (1983-1986). Ketua Departermen Kader PP Miuhamamdiyah. Haedar Nasyir juga pernah menjadi sekretaris PP Muhammadiyah (2000-2005).
Pada Muktamar ke – 47 Muhammadiyah di Makasar tahun 2015, beliau terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2015-2020. Akibat adanya pandemic covid-19 Muktamar ke -48 yang seharusnya dilaksanakan pada tahun 2020 diundur dilaksanakan pasda tahun 2022. Hedar Nashir merupakan pemimpin transformatif, terlihat dari karya-karya dan ceramah yang konsisten, membuat tradisi berfikir, meneliti, mengkaji, dan percaya pada ilmu pengetahuan menjadi semangat utama dalam Persyarikatan Muhammadiyah. Pada Muktamar ke -48 yang di selenggarakan di Solo 18-20 November 2022 yang bertepatan dengan Milad ke -110 Muhammadiyah, Haedar Nashir terpilih sebagai Ketua umum PP Muhammadiyah untuk kali kedua.
Adapun tujuh agenda yang perlu digarap Muhammdiyah pada lima tahun kedepan munurut Haedar Nashir adalah :
- Peneguhan paham ke-Islaman dan ideology Muhammadiyah.
- Penguatan dan penyebarluasan pandangan Islam Berkemajuan
- Memperkuat dan penyebarluasan basis umat di akar rumput .
- Mengembangkan AUM unggulan dan kekuatan ekonomi.
- Berdakwah bagi milenial, generasi Z dan generasi alpha.
- Reformasi kaderisasi dan diaspora kader ke berbagai lingkungan dan bidang kehidupan.
- Digitalisasi dan intensitas internasionalisasi Muhammadiyah.
Sumber Referensi :
- https://muhammadiyah.or.id/sejarah-singkat-muhammadiyah/.Diakses tanggal 28 November 2022. Pukul 12.05 WIB. \
- https://pwmu.co/. Diakses tanggal 28 November 2022. Pukul 11.00 WIB
- Lensa Muhima (2022).