Pendidikan dalam edupreneurship akan meghasilkan siswa yang kreatif dan imajinatif, yang mampu menciptakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat diandalkan dan yang memiliki keberanian untuk berdiri dan menghadapi rintangan dan tantangan hidup yang akan mereka hadapi. Untuk itulah diperlukan kompetensi entrepreneurship yang harus dimiliki oleh kepala sekolah, dimana dengan menguasai komptensi tersebut kepala sekolah akan mudah mengembangkan sekolah agar lebih efektif dan efisien. (Oktavia, 2014). Untuk itu penting bagi Kepala sekolah memiliki kompetensi kewirausahaan dalam melakukan tugasnya, secara kreatif dan inovatif serta bekerja keras agar dapat mengembangkan lembaga pendidikan untuk mencapai keberhasilan pendidikan dengan melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai orang pertama yang memiliki tanggung jawab tersebut. (2020). Memberikan sarana dan prasaran serta dukungan kepada siswa dengan memberikan program-program pengembangan edupreneurship dalam penerapan kurikulum merdeka belajar bagi peserta didik masing-masing bidang program studi konsentrasi keahlian, misalnya seperti menyediakan fasilitas Teaching Factory berupa galeri, toko/mart yang ada di sekolah untuk memajang dan memasarkan hasil produk yang dibuat oleh siswa. Kepala Sekolah dan guru membantu mempromosikan produk-produk keunggulan ketika saat melakukan kunjungan dinas dan kegiatan dinas lainnya, begitu juga dalam kegiatan-kegiatan kehidupan masayarakat sehari-hari. Siswa juga harus dibekali dengan keahlian untuk memasarkan produk-produk mereka agar dapat memasyarakat.
Batik diakui sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Seiring perjalanan waktu, banyak perajin batik berinovasi. Salah satunya batik Ciprat. Batik ini mulai dibentuk pada 2011. Saat itu, seorang guru keterampilan di SLBN Semarang sedang melatih siswa tuna grahita berat membatik. Setelah berusaha berkali-kali, siswa kesusahan membatik menggunakan canting. Batik ini unik, apalagi yang pada awal mulanya buat adalah penyandang disabilitas. Dari kekayaan batik Indonesia, jenis batik satu ini berbeda dan unik. Namanya batik Ciprat. Sesuai namanya, cara membuat batik ini dilakukan dengan menciprat-cipratkan larutan malam (bahan untuk menggambar kain batik).
SMK Muhammadiyah 5 Purwantoro Kab. Wonogiri salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang terus berupaya mengembangakn diri sebagai sekolah penggerak program Edupreneurship. Salah satunya dengan membuat dan mengembangan produk Teaching factory (Tefa) dengan membuat Batik Ciprat dengan merek Batik De’Lima. Pengembangan edupreneurship merupakan upaya lembaga pendidikan untuk menumbuhkan dan menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi sebagai wirausaha. Sekolah Menengah Kejuruan harus mampu menghasilkan perseta didik untuk dapat mengembangkan potensi masing-masing siswa agar lebih siap dalam menghadapi tantangan perubahan zaman di era globalisasi saat ini. Melalui kegiatan praktek kewirausaan dan pengembangan produk Tefa yang selalu digaungkan semoga SMK Muhammadiyah 5 Purwantoro diberikan kemudahan dan semakin eksis dalam menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi Bekerja, Melanjutkan Pendidikan Tinggi dan Berwirausaha (BMW).
Alat dan bahan yang digunakan sebagai
Kain katun dengan ukuran 1,25 x 2,25 m
Pewarna kain.
- Malam
- Air
- Water Glass
- Kompor Listrik/ kompor gas
- Baskom untuk merebus batik untuk menghilangkan cipratan malam
- Ember untuk mencuci batik ciprat
- Kaleng untuk mencampur pewarna kain dengan air
- Pipa pralon untuk membentangkan kain
- Listrik
- Kuas.
- Karet Gelang
- Peniti secukupnya
Gambar proses dan produk Batik Ciprat De’Lima SMK Muhammadiyah 5 Purwantoro
Sumber Foto : Lensa Muhima